Metaverse - Daratan dapat manusia jejaki dan lautan mampu mereka arungi jauh sebelum ditemukan cara agar manusia bisa terbang di angkasa. Namun perlahan, angan-angan itu mulai diperbincangkan dan dari perbincangan itu muncul berbagai gagasan dan percobaan. Percobaan demi percobaan dilakukan hingga akhirnya berhasil ditemukan sebuah kendaraan yang mampu mengudara di angkasa. Kini langit banyak dijejali burung-burung besi yang terbang dari belahan bumi yang satu ke belahan bumi yang lain mengantarkan manusia pada keinginannya untuk mengangkasa. Itulah pesawat, kendaraan terbang nan canggih yang bagi orang-orang di masa lampau yang belum pernah melihatnya hanya akan menganggapnya sebagai mitos dan khayalan belaka. Perjalanan jauh dan melelahkan yang dulu dilakukan oleh Vasco da Gama dan Christopher Columbus sekarang hanyalah sebuah perjalanan singkat dan nyaman yang tak perlu layar dan sauh di tengah terpaan angin dan ombak lautan.
Akankah sebentar lagi muncul sebuah terobosan yang mampu membawa dampak besar seperti hadirnya pesawat di masa lampau? Salah satu jawabannya bisa jadi akan muncul dari salah satu penemuan yang juga membawa perubahan paling besar di kehidupan manusia, internet. Pernahkah anda bayangkan membuat sebuah karakter hidup sendiri dengan sentuhan sesuai keinginan dan mendapatkan banyak barang (item) untuk peningkatan level diri dari waktu ke waktu? Lalu membangun rumah, kebun, benteng, atau bahkan kerajaan sendiri lengkap dengan rakyat dan pasukan militer? Kemudian menjalin faksi/aliansi dengan orang lain dan mendirikan klan yang bersama-sama saling bekerjasama mencapai tujuan? Atau mungkin hanya sekedar berjalan-jalan mencari hiburan sembari menyelesaikan satu dua misi dan berinteraksi dengan orang lain tanpa perlu pergi ke luar rumah. Semua itu bisa dilakukan di dalam Metaverse.
Sebenarnya Apa Sih Metaverse?
Secara singkat, Metaverse adalah sebuah dunia virtual yang dibuat seakan dunia nyata dimana manusia bisa beraktivitas layaknya kehidupan normal namun dengan bantuan teknologi. Pernahkah anda membaca novel atau menonton film Ready Player One karya Ernest Cline? Atau mungkin judul lain seperti Snow Crash karya Neal Stephenson? Atau bahkan anime isekai seperti Overlord, No Game No Life, atau Sword Art Online? Mungkin juga pernah bermain game The Sims atau Zepeto? Jika ya, maka pasti akan familiar dengan istilah dunia virtual dan bagaimana tokohnya berinteraksi di sana.
![]() |
Wade Watts dan Big 5 dari Ready Player One |
Istilah Metaverse mulai kian populer saat Mark Zuckerberg pada 28 Oktober 2021 mengumumkan bahwa perusahaan induk Facebook akan berganti nama menjadi Meta. Selain memperkenalkan nama baru Meta, CEO Facebook itu juga mencetuskan gagasannya akan sebuah dunia virtual yang masif yang disebut Metaverse. "I believe the metaverse is the next chapter for the internet", ucap Zuckerberg dalam pengumumannya. Selain itu Meta juga memperkenalkan lewat akun media sosial mereka, "Announcing @Meta — the Facebook company’s new name. Meta is helping to build the metaverse, a place where we’ll play and connect in 3D. Welcome to the next chapter of social connection."
Kita bisa merasakan keberadaan dan bahkan berinteraksi dengan seseorang secara fisik dalam bentuk avatar di dalam Metaverse, tidak hanya dalam bentuk tulisan, suara, atau video. Padahal kenyataannya orang yang kita temui di Metaverse mungkin ribuan kilometer jauhnya di sudut bumi yang lain dari kita. Metaverse akan menjadi dunia virtual yang dibangun dengan bantuan teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR yang menghubungkan satu sama lain, di mana orang dapat bertemu, bekerja, dan bermain, hingga bertransaksi jual-beli layaknya dunia nyata.
Prospek Metaverse di Masa Depan
Konsep kepemilikan digital dalam sebuah dunia virtual telah semakin umum muncul semenjak mencuatnya non-fungible tokens (NFT) dan cryptocurrency (mata uang cripto). Metaverse sendiri sebagai konsep sebenarnya telah lama muncul dan bukanlah sebuah hal baru. Komunitas-komunitas daring telah mulai bermunculan pada dekade 80an dan berkembang pesat pada 90an hingga membentuk komunitas virtual yang masif hingga kini. Adanya iRC, AOL instant messenger, dan media sosial pertama membuat terbukanya dunia baru dimana orang-orang dapat berinteraksi secara virtual dan real time meski sebenarnya tidak saling bertemu tatap muka. Kemudian game-game seperti World of Warcraft, DOTA, Fortnite, dan nama-nama lain yang menyediakan menyediakan wadah komunitas gamer untuk saling berinteraksi di dalam game tersebut. Kemudian salah satu game simulasi paling populer, The Sims, juga merupakan salah satu contoh bagaimana seorang pemain membuat avatar (sim) mereka dengan bentuk fisik sesuai kreasinya lalu beraktivitas layaknya manusia mulai dari membaca, makan, memperbaiki perangkat elektronik, bekerja, sampai yang aneh seperti menjadi vampir. Sim itu juga bisa kamu bawa untuk bertemu sim-sim lain baik yang dijalankan oleh bot komputer maupun sim milik pemain manusia lain dan saling berinteraksi di dalamnya. Logging masuk ke dalam game, lalu memulai interaksi dalam bentuk pesan (chat) ataupun suara (voice) juga merupakan salah satu bentuk interaksi di metaverse. Hanya saja saat ini masih dalam bentuk tampilan di layar dan belum sepenuhnya masuk secara "fisik" di dalam dunia virtual seutuhnya.
![]() |
Ilustrasi Pengguna Metaverse dengan Perangkatnya |
Adanya VR, AR, maupun layar saja dapat menjanjikan perkembangan metaverse sebagai sebuah lompatan besar dalam hal kehidupan digital dan fisik manusia dalam kaitannya terhadap kekayaan, sosialisasi, produktifitas, perbelanjaan, dan hiburan. Aplikasi ojek online seperti Grab dan Gojek yang dapat memberitahu dimana driver berada dan perjalanannya mengantarkanmu ke tujuan melalui peta dan GPS. Saran-saran tayangan yang diberikan oleh Youtube atau Netflix yang dapat kamu tonton dengan memanfaatkan informasi aktivitasmu selama menggunakan aplikasi dan tayangan macam apa yang cocok untukmu. Hingga teknologi scanner kamera 3D yang ada pada LiDAR pada ponsel-ponsel iPhone besutan Apple yang mampu memetakan lingkungan sekitar secara 3D. Hal-hal tersebut bisa menjadi langkah-langkah awal untuk mulai memasuki dunia mateverse yang bisa menjadi dunia paralel di samping dunia nyata yang kita jalani saat ini.
Akses metaverse bisa dilakukan menggunakan headset realitas virtual, kacamata augmented reality, aplikasi smartphone dan atau perangkat lainnya. Facebook sendiri telah meluncurkan software meeting untuk perusahaannya yang disebut Horizon Workrooms dan digunakan dengan headset Oculus VR-nya. Selain itu, Microsoft, nVidia, bahkan perusahaan apparel Nike juga mulai serius menjajaki "Dunia Baru" ini. Wakil presiden platform Omniverse Nvidia, Richard Keris mengatakan bahwa ada banyak perusahaan yang membangun dunia dan lingkungan virtual di metaverse, sama dengan banyak perusahaan yang melakukan sesuatu di World Wide Web. Selain itu, perusahaan di balik video game Fortnite yang populer, Epic Games, juga ikut bagian dan telah mengumpulkan USD 1 miliar dari investor sebagai rencana jangka panjang membangun metaverse.
Roblox yang menyediakan layanan platform game juga tak mau ketinggalan. Mereka telah menguraikan visinya mengenai metaverse sebagai tempat di mana orang-orang bisa berkumpul bersama dalam pengalaman 3D untuk bekerja, bermain, bersosialisasi, belajar dan berkreasi. Merek-merek seperti rumah mode Italia Gucci juga melakukan kolaborasi dengan Roblox untuk menjual koleksi aksesoris khusus digital. Nike pun juga mulai berencana untuk menjual produk mereka dalam bentuk digital di metaverse. Selain itu, Coca-Cola dan Clinique juga turut menjual token digital sebagai batu loncatan menuju metaverse.
Dunia Baru itu disebut Metaverse
Internet sebagai tempat informasi dan komunikasi lambat laun dapat berubah dari yang hanya sekedar tampilan layar menjadi sebuah "Dunia Baru" yang dapat dimasuki dan dijelajahi. Banyak perusahaan-perusahaan besar tidak hanya yang berbasis teknologi namun hingga mode pakaian menaruh minat mereka pada Metaverse. Beberapa perusahaan sudah mulai mengembangkan dan memasarkan perangkat AR dan VR mereka seperti Meta dengan Oculus, Microsoft dengan HoloLens, Apple yang sedang mengembangkan perangkatnya sendiri namun belum diungkap ke publik, dan Google yang sedang berusaha mengembangkan Project Iris sebagai penerus Google Glass-nya yang dulu kurang mendapat sambutan positif dari pasar. Akan semakin banyak perangkat dan kejutan yang digelontorkan ke pasar pads tahun-tahun mendatang.
Orang-orang dapat dihadapkan pada pilihan menjalankan aktivitas hariannya di dunia nyata seperti biasanya atau melalui dunia virtual metaverse. Belajar kini tidak hanya berarti datang ke sekolah dan memperhatikan guru yang sedang mengajar di kelas. Cukup berada di rumah untuk belajar seperti yang sudah dimulai dengan aplikasi teleconference seperti Zoom, Microsoft Team, dsb. Bekerja tidak perlu pergi ke kantor (work from office/WFO) melainkan dapat dikerjakan di rumah atau tempat lain secara daring. Mencari hiburan seperti bermain atau bahkan liburan bersama bisa dilakukan secara virtual di metaverse.
Namun, dibalik sisi positif yang ditawarkan metaverse, patut diperhatikan juga dengan seksama dampak negatifnya. Biaya, sumber daya, keamanan data, hingga masalah ketergantungan perangkat elektronik mengintai di balik perkembangan teknologi. Terlebih lagi apabila apa yang terjadi terutama masalah di dalam dunia virtual metaverse mulai merasuki dan mempengaruhi kebidupan di dunia nyata. Perlu adanya regulasi yang mengatur dunia virtual metaverse dan keterkaitannya dengan dunia nyata agar semua pihak yang berkepentingan dapat memperoleh manfaat dan mendapatkan perlindungan atas segala ancaman yang dapat menerpa dari kemunculan metaverse di kemudian hari.